Pernah hadir sejarah yang cukup kelam tentang kesenian jaranan ini. Dulu, kesenian ini sempat dilarang tampil dalam masa pemerintahan orde baru. Saat itu adalah masa setelah adanya pemberontakan PKI. Hal ini terjadi dikarenakan adanya isu tentang para seniman yang bermain dalam tarian jaranan terlibat ke dalam organisasi PKI. Padahal, waktu itu PKI itu dianggap sebagai penghianat negara.
Banyak sekali para seniman jaranan yang telah ditangkap dan kemudian ditahan di penjara. Banyak yang dibuang langsung ke pulau buru. Untungnya kejadian itu kini telah berakhir. Saat ini, kesenian jaranan sudah bebas dimainkan berkat kemerdekaan RI. Bahkan, dari departemen pariwisata dan juga industri kreatif kini telah memberi apresiasi yang baik terhadap kesenian yang satu ini.
Sekarang ini, gerakan dari para penari jaranan mulai bervariasi. Pakem yang ditentukan dari jaranan Wijaya Putra selaku perintisnya adalah berjumlah 24 gerakan. Kini ada juga yang memakai sebanyak 14 gerakan saja dari pakem Joyoboyo. Yang paling sedikit gerakan yang dipakai adalah berasal dari ronggolawe. Yaitu sebanyak 5 sampai 6 gerakan saja.
Ada juga yang namanya gerakan buto yang termasuk dalam variasi kesenian jaranan yang berasal dari Banyuwangi. Selanjutnya, proses perkembangannya saat ini tetap dilestarikan dan hidup di sejumlah daerah yang ada di Jawa Timur. Dimana setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri terhadap budaya jaranan ini.